Jakarta, CNBC Indonesia – Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) imbas positif dari Pidato Kenegaraan dan Pidato Nota Keuangan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,36% terhadap dolar AS di angka Rp15.280/US$. Hal ini memutus tren pelemahan rupiah dalam tiga hari terakhir beruntun dalam tiga hari terakhir.
Rupiah bahkan mampu keluar dari level psikologis Rp 15.300/US$1 setelah terjerembab di level tersebut selama dua hari terakhir.
Penguatan rupiah ini berbanding terbalik dengan pelemahan besar-besaran dalam tiga hari terakhir. Sejak Jumat pekan lalu hingga Selasa pekan ini, rupiah ambruk 1,01%.
Penguatan rupiah mulai terjadi pagi hari tadi setelah Jokowi menyampaikan Pidato Kenegaraan. Rupiah semakin menguat setelah Jokowi menyampaikan Pidato Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN ) 2024.
Dalam Pidato Kenegaraan, Jokowi sangat menekankan pentingnya hilirisasi bagi Indonesia ke depan.
Ia menyadari program hilirisasi, terutama dengan adanya kebijakan larangan ekspor mineral mentah seperti bijih nikel yang telah dilakukan sejak 2020 sebagai upaya mendorong hilirisasi di Tanah Air, terasa pahit bagi pengekspor mineral mentah.
Namun dia memastikan, pada akhirnya program hilirisasi ini akan berbuah manis.
Dia menambahkan sebagai gambaran, setelah Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel (nickel ore) pada 2020, investasi hilirisasi nikel tumbuh pesat. Jokowi menyebut, kini telah ada 43 pabrik pengolahan nikel yang akan membuka peluang kerja yang sangat besar.
Jokowi menjabarkan, berdasar hitung-hitungan perkiraan dalam 10 tahun, pendapatan per kapita Indonesia akan capai Rp 153 juta (US$ 10.900). Dalam 15 tahun, pendapatan per kapita akan capai Rp 217 juta (US$ 15.800). Dan dalam 22 tahun, pendapatan per kapita akan capai Rp 331 juta (US$ 25.000). Sebagai perbandingan, tahun 2022 kemarin, pendapatan per kapita Indonesia berada di angka Rp 71 juta.
Penegasan ini sepertinya menjadi sentimen positif pelaku pasar sehingga rupiah ikut menguat. Kelanjutan hilirisasi akan menguntungkan Indonesia dalam mendongkrak nilai ekspor sehingga membantu penguatan rupiah.
Dalam Pidato Presiden Republik Indonesia Pengantar RAPBN 2024 dan Nota Keuangannya, pemerintah mengajukan asumsi nilai tukar di angka Rp15.000/US$1 untuk tahun depan.
Sedangkan asumsi inflasi diajukan sebesar 2,8% atau lebih rendah dibandingkan inflasi saat ini periode Juli 2023 di angka 3,08%. Selain itu, asumsi makro untuk suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun diajukan sebesar 6,7%.
Pemerintah mengajukan defisit anggaran sebesar Rp 522,8 triliun aau 2,29% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Defisit anggaran sebesar 2,29% dari PDB adalah yang terendah sejak 2019 (2,20% dari PDB).
Defisit sebesar Rp 522,8 triliun berdasarkan hitungan belanja negara sebesar Rp3.304,1 triliun sementara pendapatan negara sebesar Rp2.781,3 triliun.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
Rupiah Menguat ke Rp 14.750/USD, Efek Investor “Buang” Dolar?
(rev/rev)
Quoted From Many Source